Berikut Cara Mengolah Bank Sampah Menjadi Karya di Madrasah

Pergunu: 
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) kembali melaksanakan diskusi melalui daring padmat, (11/09).

Diskusi dengan mengusung tema ‘Manejemen Bank Sampah di Madrasah’ menghadirkan pembicara kepala madrasah MTsN 35 Jakarta, Aris Adi Leksono.

Dalam diskusi melalui daring, Aris menjelaskan strategi manajemen pengelolaan sampah di MTsN 34 Jakarta tempat mengajar sebelumnya. Menurutnya, berawal dari visi ‘Madrasah Ramah Anak’ Aris mencoba mewujudkan visi tersebut dengan pengelolaan sampah di madrasah.

“Visi ramah anak diturunkan menjadi salah satu program manejemen bank sampah. Maka perlu program yang dapat menunjang untuk mewujudkan itu. Sehingga akan tercipta kebersihan, keindahan dan kenyamanan di madrasah,” ungkap Aris saat menyampaikan materi diskusi melalui aplikasi zoom meeting.

Aris menjelaskan berdasarkan pengalamannya di MTsN 34 Jakarta, bahwa untuk mewujudkan visi tersebut madrasah bekerjasama dengan LPBI NU. Mengingat lembaga tersebut melayani masyarakat di bidang lingkungan.

“Hadirnya LPBI NU sangat membantu sekali melayani masyarakat di bidang lingkungan. Sehingga NU tidak dikenal disibukkan pada isu-isu keagamaan saja tetapi juga memperhatikan isu-isu lingkungan. Pada akhirnya pengabdian NU untuk bangsa dapat dirasakan hingga gesrut paling bawah,” lanjut Aris yang juga wakil ketua PP Pergunu.

Atas keberhasilannya yang telah dicapai menjalankan program manajemen bank sampah, MTsN 34 Jakarta di nobatkan sebagai madrasah ramah anak oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan penghargaan dari gubernur DKI Jakarta.

“Kepedulian dan teladan terhadap peserta didik yang diberikan oleh guru dapat dirasakan manfaatnya. Kabar baiknya salah satu siswa kami atas nama Ilham menerima penghargaan dari Gubernur DKI, bapak Anis, sebagai siswa penabung sampah terbanyak yaitu melalui bank sampah madrasah. Ternyata bank sampah mendapat perhatian dari pemerintah dari aspek inovasi madrasah,” ungkap Aris,

Saat ini, Aris menjabat sebagai kepala madrasah MTsN 35 Jakarta. Menurutnya, dalam waktu dekat, Ia juga akan menerapkan bank sampah di madrasah yang dipimpinnya itu melalui kerjasama dengan LPBI NU.

Lalu, bagaimana manajemen bank sampah di madrasah?

Berikut strategi manajemen bank sampah menurut kepala madrasah MTsN35 Jakarta, Aris Adi Leksnono.

Yang pertama, membentuk paradigma, olah pikir dan olah hati. Cara membentuknya harus punya visi terlebih dahulu. Seperti halnya visi yang disampaikan di atas yaitu visi Ramah Anak yang diterapkan di MTsN 34 Jakarta. Apabila tidak punya visi maka aktivitas bank sampah terkesan biasa-biasa saja. Agar visi Ramah Anak kelihatan maka harus diterjemahkan dalam bentuk kegiatan salah satunya kegiatan manajemen bank sampah itu.

Kedua, yang harus dilakukan adalah sosialisasi, baik sosialisasi formal maupun non formal. Baik melalui pendekatan emosional maupun pendekatan spiritual. Pendekatan emosional dapat dilakukan ketika di kelas, saat upacara dan seterusnya. Selain itu, agama juga sangat menganjurkan tentang kebersihan, bahkan amal perbuatan juga bergantung pada kebersihan. Untuk itu kebersihan harus diterapkan dan dibiasakan dalam lingkungan.

Ketiga pengorganisasian. Yaitu dengan membentuk tim untuk menjalankan kegiatan itu. Mulai dari tim dari OSIS, guru, orang tua, komite, kelurahan hingga tingkat kecamatan. Tim sangat mempengaruhi jalannya kegiatan yang sudah direncanakan. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang ada malah ngawur jalannya, bahkan pada akhirnya tidak akan berjalan sesuai tujuan. Tim yang telah dibuat diberikan tugas sesuai porsi masing-masing. Sehingga kegiatan berjalan sesuai konsep yang telah direncanakan.

Keempat dengan membiasakan. Yaitu agar dapat dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sudah membentuk menjadi budaya, namun kegiatannya seperti itu-itu saja maka secara perlahan akan terasa membosankan hingga pada akhirnya kegiatan itu akan berhenti dengan sendirinya. Untuk itu, maka harus diikuti dengan inovasi baru sehingga dapat berjalan secara konsisten. Hal itu dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan evaluasi secara terus-menerus sampai betul-betul membentuk paradigma dalam kehidupan sehari-hari. Ini sebagai bentuk menyatukan pikiran, menyatukan rasa, menyatukan hati dan tindakan. Apabila penyatuan sudah terbentuk hal yang baik dapat berjalan dengan mudah.

Kelima yaitu komitmen. Untuk menunjang keberhasilan visi dibutuhkan komitmen SDM internal. Aktivitas pelatihan jangan sampai selesai hanya di kertas dan di bangku saja melainkan ditindaklanjuti dengan dipraktekkan. Untuk itu SDM yang ada harus komitmen, apabila belum komitmen, maka yang terjadi tidak akan terwujud visi yang telah disepakati bersama. Komitmen itu ukurannya dengan mewujudkan SDM terlibat langsung dalam pengelolaan bank sampah. Tidak hanya berkata dan intruksi saja tetapi juga memberikan teladan dalam melaksanakan.

Keenam adalah profesionalitas. Yaitu memberikan penghargaan kepada peserta didik atas karya yang telah dilakukan melalui hasil dari bank sampah seperti kerajinan tangan. Hal ini akan mendukung peserta didik dalam memberikan dorongan semangat untuk terus berkarya. Sehingga peserta didik secara tidak langsung akan merasa terpanggil berlomba untuk menciptakan karya baru dengan modal bank sampah yang telah dijalankan.

Demikain cara pengelolaan bank sampah menurut wakil  ketua PP Pergunu yang juga kepala madrasah MTsN 35 Jakarta, Aris Adi Leksono, yang disampaikan melaui diskusi daring diadakan oleh LPBI NU.

Oleh; Erik Alga Lesmana

Sumber: www.pergunu.or.id