Pemuda dalam Kacamata Agama Islam

By. Bakri
Inspirasi, Dua hari lalu rakyat Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013. Sebuah peristiwa monumental yang terjadi 85 tahun yang silam. Kita menyakini peran pemuda sangat besar terhadap bangsa ini terkhusus ketika menjelang kemerdekaan Indonesia. Demikian juga peran serta pemuda di masa-masa sekarang.


Pemuda berada pada masa usia yang memiliki kehebatan sendiri. Menurut Dr Yusuf Qardhawi, jika diibaratkan matahari maka usia muda sama halnya dengan pukul 12.00 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pe­muda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan se­mangat bila di­­banding dengan anak kecil atau orang jompo.

Dilihat dari sejarah, pemuda mempunyai peran penting dalam kemerdekaan. Di belahan dunia mana pun, kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling berse-mangat dan ambisius memper-juangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan al-Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan pemudalah pilar­nya. Di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya.”

Begitu juga dalam sejarah Islam, banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah SAW berjuang  mene-gakkan kalimat Allah. Misalnya adalah Mush`ab bin `Umair, Ali bin Abu Thalib, `Aisyah dll. Mereka punya peran penting dalam perjuangan.

Dalam banyak ayat Al-Qur’an Allah mengaitkan diriNya dengan waktu. Hal menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi manusia dalam pandangan Allah. Allah telah menyatakan bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang mampu memanfaatkan waktunya untuk ketaatan. Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Aal `Imran: 190).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Ulul Albab bukanlah orang yang hanya mampu menghafal buku atau mampu menjawab soal-soal ujian di suatu sekolah. Tapi Ulul Albab adalah orang yang mampu melihat kejadian yang ada disekitarnya dan memanfaatkan waktu yang ada. Mereka kemudian meramunya menjadi bekal kehidupan, lalu mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Dalam hadis, pentingnya waktu juga diungkapkan Rasulullah SAW seperti berikut, “Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba  pada hari kiamat sampai Allah menanyakan empat hal: umurnya, untuk apa selama hidup­nya dihabiskan; masa mudanya bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskan; dan ilmunya, apakah dia amalkan atau tidak.” (HR Tirmidzi).
Melihat hadis di atas, masa muda mempunyai posisi yang sangat penting. Para pemuda dituntut untuk mem­berikan gebrakan dalam membangun kemajuan. Tapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa, yang tak jarang menyebabkan hidup­nya terguncang.
Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus kedalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan setan sangatlah besar. Apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah SWT bahwa dia akan menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan menempuh segala cara. “Iblis berkata: ‘Karena Engkau telah menghukumku ter­­sesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) ma­nusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS al-A`raf: 16-17).
Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk. Allah Ta`ala menurunkan Islam untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.
Agama Islam memberi perhatian sangat besar ter­hadap upaya perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang akan datang. Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat ini.
Karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang mendorong kita agar membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan  kecuali naungan-Nya: …dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: “Se­sungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum ter­hadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR Ahmad, Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabir dan lainnya).
Kata shabwah yang dikaitkan dengan pemuda pada hadis di atas, dijelaskan dalam kitab            Faidhul Qadir (2/263)  sebagai   pemuda   yang     tidak memperturutkan hawa nafsunya. Sebaliknya, dia membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. Inilah sosok pemuda Muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan pandai mensyukuri nikmat yang di­anugerahkan Allah kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya di puncak gejolaknya yang begitu kuat. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala mem­berikan balasan pahala dan keutamaan besar kepadanya.  

Masa muda adalah masa keemasan manusia. Masa yang sangat berharga itu tidak boleh terlewatkan begitu saja. Pemuda harus selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat hingga mencapai prestasi yang gemilang. Semua itu tentu tidak akan terwujud kecuali pemuda dapat mengatur waktu dengan efektif. 

Waktu yang setiap saatnya terus berganti harus di­lalui dengan perencanaan dan dipandang dengan bi­jaksana. Para pemuda mempunyai banyak ambisi untuk menggapai semua impiannya. Sebagai pemuda Muslim kunci mengatur waktu adalah selalu ingat kepada Allah. Dengan ingat kepada Allah, kita akan menjalankan semua yang diperintahkan oleh-Nya. Sehingga, dengan sendirinya kita akan terbiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Wallahu a`lam bish-shawab. (Sumber: Buletin Rohis SMK Islam Yapim Manado) #LR.