Dari PGRI untuk Indonesia: Apresiasi untuk Guru yang Terus Berjuang dalam Keterbatasan


Suara Guru, Jakarta – Puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional tahun 2020 berlangsung meriah kemarin (28/11/2020). Acara yang dilangsungkan paduan daring dan luring ini dipusatkan di Gedung Guru Indonesia, Jalan Tanah Abang III/24, Jakarta Pusat. Meski situasi masih pandemi, namun tidak menyurutkan semangat para guru untuk setia menyimak melalui 5 studio saluran zoom berkapasitas @1000 orang, saluran youtube, dan Televisi Guru Nasional (Tunas) PB PGRI. Tercatat sekitar 42 ribu orang yang menonton via youtube, 5 ribu orang via zoom, dan 1500 orang tunas TV. Kemungkinan jumlah guru yang menonton ini lebih, karena di banyak daerah kabupaten/kota menyaksikan acara nonton bersama via zoom dan youtube di kantor sekretariat PGRI masing-masing tingkatan.

Sebagai acara pamungkas adalah sambutan dan amanat dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Dalam amanatnya, Presiden Joko Widodo mengapresiasi guru yang terus berjuang di tengah keterbatasan. “Saya mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional dan HUT ke-75 PGRI. Terima kasih kepada para guru yang pantang menyerah dan terus berjuang di tengah keterbatasan. Terima kasih telah mendidik generasi bangsa menjadi SDM unggul yang selalu mencintai Indonesia,” ujarnya sebagaimana ditayangkan kanal YouTube PB PGRI dan Tunas TV.
Menurut Presiden Jokowi, di tengah kondisi pandemi saat ini, peranan dan inovasi para guru dalam melangsungkan kegiatan belajar-mengajar amatlah vital. Para guru dituntut tetap berkarya dan terus berinovasi melangsungkan kegiatan belajar-mengajar, baik secara daring maupun menemui langsung para siswa di rumah-rumah mereka.
“Guru-guru dipaksa beradaptasi dengan cepat, beralih menggunakan teknologi, mengubah metode belajar, bekerja sekuat tenaga agar anak-anak bisa tetap belajar dengan baik. Tetapi, tantangan akibat pandemi Covid-19 ini tidak boleh menurunkan kualitas pembelajaran,” tuturnya. Lebih lanjut disampaikan Presiden bahwa keterbatasan yang dihadapi tersebut harus dapat diatasi dengan kreativitas sehingga membuat siswa dapat belajar dengan antusias dan memotivasi siswa menjadi pembelajar mandiri. Namun, untuk melakukan hal tersebut, para guru tidak dapat bekerja sendirian. Tantangan pendidikan di era pandemi ini juga harus diatasi dengan sinergi.
Kepala Negara mengatakan, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Peran orang tua sebagai pendidik utama keluarga sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan proses belajar anak. Oleh karena itu, komunikasi dan kerja sama antara guru dengan orang tua harus terus ditingkatkan. “Saya menyadari banyak orang tua yang tidak sabar menunggu sekolah dibuka kembali. Tapi kita harus hati-hati karena kesehatan dan keselamatan adalah hal yang terpenting. Kesehatan dan keselamatan para guru maupun siswa peserta didik akan selalu menjadi prioritas tertinggi pemerintah,”lanjutnya.
Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah telah berupaya mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi guru dan orang tua dalam menghadapi pembelajaran di era pandemi, di antaranya dengan pemberian bantuan kuota bagi guru, dosen, siswa, dan mahasiswa. Juga pemberian Bantuan Subsidi penghasilan bagi para guru dan dosen non-PNS sebesar 1,8 juta rupiah. Pemerintah dalam waktu dekat akan mengangkat sekitar 1 juta guru honorer menjadi guru ASN PPPK untuk mengisi formasi kebutuhan guru di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Atas berbagai perhatian pemerintah tersebut, Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Presiden RI, seluruh jajaran Kemendikbud, KemenPan-RB, BKN, Kemendagri, dan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota yang responsif terhadap perjuangan PGRI. Berbagai perjuangan PGRI khususnya di masa pandemi telah dikabulkan pemerintah antara lain dengan (1). terbitnya Perpres No. 98 tentang  Gaji dan Tunjangan PPPK (2). Pemberian kuota kepada guru, dosen, siswa, dan mahasiswa untuk kelancaran PJJ (3). Relaksasi penggunaan BOS dan BOP untuk pembayaran guru honor dan pembelajaran daring (4). Pembatalan Ujian Nasional (UN). Selanjutnya PGRI sangat mengharapkan agar para guru honorer Kategori maupun Non-Kategori khususnya yang berusia di atas 35 tahun diberikan kesempatan menjadi ASN melalui jalur ASN-PPPK.
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rosyidi mengatakan bahwa beragam inovasi dihadirkan PGRI untuk Indonesia antara lain, Olimpiade Virtual Gurulympics, peluncuran TV Streaming Tunas TV, Aplikasi Bantu Guru, Inovasi Pembelajaran dalam PGRI Smart Learning and Character Center, Wave (Webinar dan Workshop online) dan beragam inovasi dari PGRI berbagai daerah yang kami persembahkan sebagai tekad kami untuk #menolak menyerah karena covid-19, menolak menyerah kepada berbagai keterbatasan yang dihadapi dalam bekerja.

Menurut Unifah, PGRI sangat mendorong tumbuh kembang guru yang berkarakter kreatif, literat, pembelajar, dan berdedikasi, karena mereka memancarkan fajar penerang di sekelilingnya. “Guru yang ditumbuhkan melalui proses pendidikan yang mengembangkan budi pekerti dan karakter akan mendorong siswa mengembangkan potensinya, dan menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat”, lanjut Unifah. Ketua Umum PB PGRI ini menyapa dan memberi semangat kepada seluruh guru di Indonesia agar tetap konsisten berkontribusi bagi kemajuan dunia pendidikan dan menolak menyerah dari segala keterbatasan yang dihadapi di lingkungan kerja dan tempat tinggal mereka.

Dalam kesempatan yang berbahagia bagi seluruh guru, pendidik, dan tenaga kependidikan Indonesia itu, hadir pula di Gedung Guru Indonesia, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ke-20 yang menjabat tahun 1993-1998. Pak Wardiman turut menyapa dan memberi ucapan selamat kepada seluruh guru yang mengikuti acara secara daring.

Ketua Dewan Pembina Pengurus Besar PGRI Jusuf Kalla dalam sambutan secara virtual menyampaikan selamat Hari Ulang Tahun ke-75 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) 2020. Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa berbicara tentang guru identik dengan label kepahlawanan.”Guru selalu menjadi ungkapan kita tentang kepahlawanan, tentang kecerdasan, dan tentang pengabdian,” kata JK dalam puncak peringatan HUT ke-75 PGRI, kemarin. Ia juga menuturkan, bahwa tujuan utama negara manapun, termasuk Indonesia, yakni menyejahterakan bangsanya. Kesejahteraan bangsa, harus dimaknai dengan peningkatan kemajuan ekonomi sosial masyarakatnya, ujar JK. Kemajuan ekonomi, tidak akan bisa terjadi tanpa inovasi yang tumbuh dari ilmu dan teknologi, lanjutnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut menyampaikan sambutan dalam puncak peringatan HUT ke-75 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) yang dilangsungkan secara virtual tersebut. Anies mengucapkan selamat HUT ke-75 PGRI/HGN 2020 dan mengapresiasi jasa para guru, termasuk di tengah pandemi COVID-19. Menurutnya, guru adalah pendorong perubahan dan dunia pendidikan dihadapkan tantangan baru akibat pandemi Covid-19. “Guru sejak awalnya adalah pendorong perubahan. Ikut bekerja meraih kemerdekaan kemudian jadi garda terdepan di depan anak-anak kita, menyiapkan masa depan,” ujar Anies.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dalam sambutannya mengucapkan selamat HUT ke-75 PGRI/HGN 2020 dan berterima kasih atas berbagai masukan konstruktif PGRI kepada pemerintah dalam hal ini Kemendikbud. Selama ini, Nadiem mengakui telah banyak menerima masukan yang bermanfaat dari PGRI dalam mengakselerasi tercapainya tujuan pemajuan pendidikan, khususnya penyelesaian permasalahan guru di tanah air. “Saya masih ingat, masukan yang disampaikan PGRI seperti menyederhanakan administrasi guru, pemanfaatan dana BOS, peningkatan pelatihan guru, penilaian pembelajaran,hingga penyelesaian masalah guru honorer. Ini menjadi bahan refleksi bagi kementerian untuk terus bekerja keras, kata Nadiem.

Puncak acara peringatan HUT ke-75 PGRI dan HGN 2020 ini diisi dengan berbagai acara kesenian, tari-tarian dari berbagai penjuru nusantara, kabaret, dan menyanyi solo. Para penampil acara sebagian besar terdiri dari para pelajar dan mahasiswa dari sekolah dan perguruan tinggi PGRI. Pada kesempatan ini, Ketua PGRI Smart Learning and Character Center (SLCC), Prof. Eko Indrajit menyampaikan beberapa inovasi PGRI SLCC di antaranya Radio dan TV Tunas, Olimpiade Guru (Gurulympics), Workshop Virtual WAVE, dan PGRI Massive Open Online Course (MOOC). Beragam inovasi PGRI ini dipersembahkan untuk guru-guru Indonesia, agar senantiasa belajar dan terus mengembangkan diri.

Hadir pada puncak acara ini secara luring dengan protokol kesehatan di Gedung Guru Indonesia, Gubernur Bangka Belitung Dr. Erzaldi Rosman Johan, S.E., M.M, Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja, Wakil Bupati Sorong Suka Harjono. Selain itu, Yudi Latif tokoh intelektual Indonesia, penulis buku Pendidikan yang Berkebudayaan, juga hadir secara langsung.

Sumber: www.pgri.or.id

PGRI Bakti Nusantara: Berbagi Pengetahuan kepada Guru-guru 3T

Guru PGRI bekerjasama dengan Yayasan Bakti Taruna Nusantara (YBTN), alumni sekolah taruna nusantara mengadakan Workshop Virtual Peningkatan Kompetensi Guruyang diikuti ratusan guru yang bertugas di pedalaman 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) yaitu di Nabire Papua, NTB, Sekon Timor Tengah Utara NTT, Pandeglang Banten, dan Segram Kep. Natuna Kep.Riau. Webinar dilaksanakan selama 3 kali Sabtu, dimulai 5, 12, dan 19 Desember 2020.

Kegiatan kerjasama PGRI dan YBTN untuk berbagi pengetahuan dan peningkatan kompetensi pada guru guru di pedalaman nusantara sudah berlangsung cukup lama. Sebelum pandemi, kegiatan ini berlangsung tatap muka. Para narasumber dari PGRI dan YTBN hadir langsung menyapa para guru yang bertugas di tempat terpencil dengan segala keterbatasan. Karena situasi masih pandemi, maka kegiatan beralih menjadi secara virtual melalui zoom meeting dan kanal youtube PB PGRI. Untuk membantu kelancaran kegiatan ini, YBTN bekerjasama dengan TNI yang memfasilitasi dengan menyediakan transportasi untuk mengangkut para guru ini ke tempat-tempat yang dapat dijangkau akses internet dan listrik.

 Menurut dr. Teguh, SPPD, selaku ketua YBTN, bahwa mereka terpanggil karena kecintaan pada Indonesia. Sebagai penghargaan, dan penghormatan atas dedikasi para guru yang berjuang di daerah 3T, maka PGRI dan YBTN selalu hadir dalam upaya membantu pemerintah mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia. 

Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi dalam pembukaan kegiatan ini, mengatakan bahwa PGRI menyerukan kepada semua guru agar menolak menyerah karena keterbatasan dan menolak menyerak kepada Covid-19.Apresiasi dan salam hormat PGRI atas dedikasi luar biasa dari pahlawan pendidikan Indonesia di daerah 3T.Di akhir sambutannya, Ketua Umum menyerukan yel-yel Solidaritas PGRI. Bangga menjadi bangsa Indonesia. 

Dalam workshop virtual ini, guru-guru 3T diberikan materi tentang Manajemen Perubahan Guru di era Disrupsi, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi, Analisis dan Pemetaan Penyederhanaan Kurikulum Pascacovid-19, dan Menulis itu Menyenangkan. 

Penulis/Editor: Catur Nurrochman Oktavian

Sumber: www.pgri.or.id


Guru Wajib Pahami Enam Strategi Ini Sebelum Mengajar

Guru perlu mengkaji strategi ini untuk mencapai tujuan pembelajaran.







VIVA.co.id – Mengajar merupakan kegiatan guru untuk membelajarkan siswa secara dinamis. Guru berusaha untuk menciptakan situasi dan kondisi bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa strategi atau siasat khusus dari guru.

Yang dihadapi guru di ruang kelas adalah individu yang sedang berkembang menuju taraf kedewasaan. Individu yang terdiri dari berbagai karakter, sikap, dan tingkah laku, potensi, serta minat dan kemauan belajar.
Mau atau tidak, menghadapi siswa yang heterogen di dalam sebuah kelas, guru harus mengelola kondisi ini dengan penuh perhitungan. Tidak ada jaminan seorang guru akan sukses mengelola pembelajaran tanpa siasat sebelum proses pembelajaran berlangsung.

6 Strategi Penting Sebelum Mengajar

6 Strategi penting sebelum mengajar – Mengajar merupakan kegiatan guru untuk membelajarkan siswa secara dinamis. Guru berusaha untuk menciptakan situasi dan kondisi bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa strategi atau siasat khusus dari guru.

Yang dihadapi guru di ruang kelas adalah individu yang sedang berkembang menuju taraf kedewasaan. Individu yang terdiri dari berbagai karakter sikap dan tingkah laku, potensi serta minat dan kemauan belajar.


Mau atau tidak, menghadapi siswa yang heterogen di dalam sebuah kelas, guru harus mengelola kondisi ini dengan penuh perhitungan. Tidak ada jaminan seorang guru akan sukses mengelola pembelajaran tanpa siasat sebelum proses pembelajaran berlangsung.

strategi,strategi mengajar
Sekurang-kurangnya ada 6 Strategi penting sebelum mengajar yang perlu dikaji ulang oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu:

1.Memahami kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman utama bagi guru dalam menjalankan pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu membaca, mempelajari dan memahami isi kurikulum dengan baik. Hasil kegiatan ini dituangkan kedalam perangkat mengajar sehingga siap dioperasionalkan di ruang kelas.

2.Menyiapkan perangkat mengajar

Perangkat mengajar adalah persiapan tertulis yang dibuat dan dirancang guru sedemikian rupa sehingga bisa diterapkan dengan baik di ruang kelas. Tentu saja perangkat mengajar setiap guru akan berbeda meskipun strukturnya sama. Perbedaan ini disebabkan oleh karakter siswa dan ketersediaan sarana belajar di suatu sekolah.

3.Memilih metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Banyak sekali metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran.

4.Menyediakan media/sumber belajar

Media/sumber belajar berfungsi untuk menunjang kelancaran proses belajar siswa. Dengan menggunakan media belajar, siswa akan mudah menyerap materi pelajaran. Media belajar tidak mesti yang mahal dan canggih. Media belajar sederhana sekalipun akan membantu peserta didik dalam mencerna materi pelajaran yang disajikan.

5.Memahami karakter siswa

Mempelajari karakter siswa menjadi kegiatan penting bagi guru. Keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh bagaimana karakter siswa dalam satu kelas. Dengan memahami karakter ini guru dapat menentukan bagaimana corak pembelajaran yang akan dijalankan.

6.Merancang penilaian
Semua kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penilaian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan proses pembelajaran yang dijalankan. Selain itu dengan kegiatan penilaian, guru dapat menganalisa proses yang sudah berlangsung dan mempertimbangkan proses pembelajaran berikutnya.

Oleh sebab itu penilaian perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat mengukur apa yang hendak dicapai. Analisa hasil kegiatan penilaian akan mengarahkan guru untuk mengambil tindakan selanjutnya, apakah perlu perbaikan (remedial) atau pengayaan materi pelajaran. 

Demikian 6 strategi penting sebelum mengajar yang perlu dipertimbangkan guru. Mudah-mudahan menambah inspirasi para guru untuk mendiskusikannya.

Sumber: www.viva.co.id

Mencari Solusi atas Polemik Lima Hari Sekolah

Oleh Suwendi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah. Permendikbud ini diposisikan sebagai pengejawantahan atas program penguatan pendidikan karakter kepada seluruh siswa sekolah, dengan memberlakukan lima hari sekolah dalam satu minggu.Ikhtiar ini, sebagaimana tercantum dalam konsideran pertimbangannya, dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu dalam menghadapi tantangan perkembangan era globalisasi.
Namun sayangnya, kehadiran Permendikbud tersebut menimbulkan pro-kontra di masyarakat luas, sehingga Presiden Jokowi, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum MUI, KH Ma’ruf Amin, didampingi oleh Mendikbud RI, Muhadjir Effendy, di istana negara, dinyatakan bahwa perlu ada penyesuaian regulasi dari Permendikbud menjadi Peraturan Presiden. Namun, hingga kini, tampaknya posisi Permendikbud tersebut, sebagaimana pernyataan Mendikbud dalam sejumlah pemberitaan, tetap akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2017/2018 mendatang.
Dalam konteks ini, kebijakan penguatan pendidikan karakter dalam bentuk Permendikbud tentang Hari Sekolah dipastikan masih problematis. Masih menyimpan sejumlah penolakan, miskomunikasi, dan kekuranganjelasan konsep. Hal ini memberikan pelajaran bahwa kita tidak cukup hanya bermodal niat baik semata, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek teknis-implementatif sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Jika demikian, solusi apa yang bisa ditawarkan sehingga niatan penguatan pendidikan karakter itu bisa diimplementasikan? Tulisan sederhana ini berusaha untuk menjawab persoalan tersebut.

Urgensi penguatan pendidikan karakter dalam konteks pendidikan sesungguhnya telah lama dirasakan oleh pemerintah, tak terkecuali Pemerintah Daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Pemerintah Daerah telah menerbitkan regulasi tentang wajib belajar Madrasah Diniyah Takmiliyah. Regulasi yang dilahirkan memiliki varian yang beragam, mulai Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, hingga Surat Edaran.
Hingga kini, hampir di setiap provinsi, terdapat kabupaten/kota di propinsi tersebut yang telah mengeluarkan regulasi itu. Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu Jawa Barat-lah yang pertama kali menerbitkan Perda MDT (Peraturan Daerah Madrasah Diniyah Takmiliyah) ini sehingga kemudian diikuti oleh Pemerintah Daerah lainnya. Bahkan, di propinsi Jawa Barat, kini hampir seluruh Kabupaten/Kota telah menerbitkan regulasi tersebut.

Lahirnya Perda MDT itu sesungguhnya didasarkan atas kegelisahan masyarakat atas butuhnya pendidikan karakter untuk warganya dengan menggunakan pendekatan pendidikan keagamaan Islam. Pendidikan karakter akan sangat ampuh dan mengenai sasaran jika pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan dengan baik. Sebab, karakter merupakan perwujudan atas kesadaran dan kepribadian serta sifat yang melekat pada seseorang yang didorong atas nilai-nilai moralitas dan agama. Dorongan moral dan agama akan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap perwujudan karakter.

Dalam konteks pendidikan di sekolah, mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) mendapatkan alokasi waktu 2 hingga 3 jam pelajaran dalam satu minggu. Alokasi waktu ini dalam kenyataannya belum mampu membekali siswa sekolah untuk memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilandalam mengamalkan ajaran agamanya dengan baik. Pendeknya, jika siswa itu mengandalkan pendidikan agamanya hanya dari sekolah saja dengan alokasi waktu 2 hingga 3 jam pelajaran itu maka seringkali tidak akan mencapai apa yang diharapkan, seperti mampu membaca tulis Alquran, menjalankan shalat dengan baik serta pengetahuan dasar keagamaan lainnya.
Apalagi pendidikan karakter, tentu tidak akan mampu dituntaskan dengan alokasi 2 hingga 3 jam pelajaran saja. Di sinilah masyarakat dan pemerintah daerah membutuhkan kehadiran MDT. Sebab, MDT, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014, merupakan layanan pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan untuk melengkapi, memperkaya, dan memperdalam pendidikan agama Islam pada sekolah.

Materi yang diajarkan dalam MDT terdiri atas Alquran-Hadits, Akidah-Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Proses penyelenggaraan MDT seringkali dilakukan oleh masyarakat setelah siswa pulang sekolah hingga waktu shalat Ashar. Berdasarkan data EMIS Kementerian Agama, secara akumulasi, MDT kini sebanyak 76.566 lembaga, 6,000,062 santri, dan 443.842 ustadz.

Menyadari butuhnya masyarakat dan Pemerintah Daerah atas penyelenggaraan MDT, di satu sisi, dan kelahiran Permendikbud 23 Tahun 2017 sebagai implementasi penguatan pendidikan karakter, di sisi yang lain, tampaknya keduanya memiliki titik temu yang sama, yakni pentingnya atas pendidikan karakter. Untuk itu, perombakan yang sangat fundamental dari Permendikbud 23 Tahun 2017 menjadi Peraturan Presiden dengan berorientasi pada peningkatakan pendidikan karakter patut untuk dikawal bersama. Pendidikan karakter merupakan kata kunci yang harus dijadikan substansi atas regulasi itu.
Tentu saja, sebagai hal yang substantif, jangan sampai hal-hal teknis-operasional itu justeru bertolak belakang atau mengganggu atas hal yang substantif tersebut. Tegasnya, pendidikan karakter merupakan hal yang harus dikawal bersama. Jangan sampai, kebijakan teknis berupa Lima Hari Sekolah itu justeru bertolak belakang atau kontra-produktif atas penyelenggaraan pendidikan karakter sendiri.

Pada tingkat ini, penulis dapat memahami bahwa gejolak resistensi dari kalangan masyarakat itu hanyalah terkait dengan kebijakan 5HS (lima hari sekolah) sebagaimana diatur dalam Permendikbud 23/2017, bukan menolak pendidikan karakter. Kebijakan 5HS tidaklah identik dengan pendidikan karakter; dan pendidikan karakter tidak hanya diterapkan dengan kebijakan 5HS ini.

Untuk mensukseskan pendidikan karakter, peraturan presiden yang hendak dibuat selayaknya juga menjelaskan tentang definisi pendidikan karakter, posisi ideal pendidikan karakter, syarat dan ketentuan yang dipentingkan dalam proses pendidikan karakter itu, di samping strategi dan langkah teknis penyelenggaraan pendidikan karakter. Demikian juga, perlu dipastikan dalam Perpres yang dirancang bahwa guna efektivitas proses pendidikan karekter perlu melibatkan layanan pendidikan keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah diniyah takmiliyah, dan pendidikan Al-Qur'an.
Pendidikan keagamaan ini dalam kenyataannya telah berkiprah dalam membentuk warga bangsa yang memiliki komitmen keagamaan dan kebangsaan sekaligus, dan itu telah berlangsung sebelum negara ini lahir. Program pendidikan karakter dengan menafikan pendidikan keagamaan itu bagaikan peribahasa “jauh panggang dari api”. Tujuan pendidikan karakter akan sulit tercapai, untuk tidak mengatakan akan mengalami gagal total.

Pada aspek teknis, program pendidikan karakter melibatkan sejumlah Kementerian/Lembaga, utamanya yang menjalankan fungsi pendidikan, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Ristek dan Dikti, Kementerian Dalam Negeri, dan lain-lain. Kolaborasi antar kementerian ini di samping untuk mendudukkan bahwa pendidikan karakter menjadi hajat negara dan semua warga negara, juga untuk menjamin bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter tidak mengganggu pelaksanaan kebijakan perda MDT yang selama ini telah berjalan.
  
Di samping, yang tidak kalah penting untuk dicatat bahwa drafting Perpres Pendidikan Karakter perlu melibatkan unsur-unsur civil society utamanya yang bergerak di bidang pendidikan, seperti RMI (Rabithah Ma’ahidil Islamiyah), LP Ma’arif NU, Dikdasmen PP Muhammadiyah, Forkum Komunikasi Diniyah Takmiliyah, Forum Komunikasi Pendidikan Alquran, dan stakeholder lain, terutama penyelenggara pendidikan di masyarakat. Regulasi yang berdampak terutama pada layanan pendidikan keagamaan mau tidak mau dalam pembahasannya harus melibatkan komunitas civil society. Jika terjadi miskomunikasi, apalagi missosialisasi, maka dipastikan terjadi resistensi.

Hal lain yang perlu ditegaskan dalam Perpres itu adalah adanya jaminan bahwa itu tidak akan mengganggu atas operasionalisasi lembaga pendidikan yang ada saat ini serta berkontribusi besar atas pembangunan bangsa, lebih-lebih jangan sampai berpotensi melenyapkan layanan pendidikan keagamaan yang telah ada.
Selain itu, dipastikan afirmasi pembiayaan dari sejumlah Kementerian/Lembaga harus adil diterima oleh masyarakat. Jangan sampai, layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak mendapat “kue pembangunan”, sementara layanan pendidikan yang ada di sekolah “jor-joran” mendapat kue tersebut. Jika ini yang terjadi, maka bisa jadi Perpres yang akan dihasilan mengalami nasib yang sama, sebagaimana nasibnya Permendikbud 23/2017. Semoga.

Penulis adalah Praktisi Pendidikan Islam.

Sumber: www.nu.or.id